Publikasi Detail
2024-05-22
Essai
3
Penulis : Bimo Wijianarko
Kemunduran HMI Cabang Kudus dirasakan oleh sebagian besar anggotanya akibat Covid-19, sebagian besar kader HMI menilai faktor pandemi menjadi sebab utama diakibatkan Covid-19 hal tersebut sering kali diutarakan oleh ketua umum HMI Cabang kudus saat ini. Tidak bisa dipungkiri pandemi covid-19 memberikan dampak yang hebat terhadap tatanan kehidupan secara umum, namun hal tersebut seharusnya tidak boleh dijadikan alasan kemunduran khususnya dalam tatanan peran dan fungsi organisasi kemahasiswaan sebesar HMI. (Argaheni 2020) Dibalik eksistensi HMI yang sampai detik ini menjadi organisasi dengan pengalaman panjang yang mewarnai dinamika perdaban bangsa, seharusnya HMI mampu melewati hambatan tersebut dengan ide dan gagasan yang teraktualisasi dalam karakter setiap kader HMI.
Sejarah mencatat terdapat X fase perjuangan HMI yang dimana organisasi ini sukses melewati fase perjuangan tersebut dengan semangat idealisme yang tinggi dengan karakter yang memiliki komitmen tehadap tujuan HMI itu sendiri. Berikut fase-fase perjuangan HMI, Fase I: Konsolidasi Spiritual dan Proses Berdirinya HMI (1946), Fase II: Berdirinya dan Pengokohan (5 Februari – 30 November 1947), Fase III: Perjuangan Bersenjata, Perang Kemerdekaan, Menghadapi Penghianatan dan Pemberontakan PKI (1947-1949), Fase IV: Pembinaan dan Pengembangan Organisasi (1950-1963), Fase V: Tantangan I (1964-1965), Fase VI: Kebangkitan HMI Sebagai Pejuang Orde Baru dan Pelopor Kebangkitan Angkatan ’66 (1966-1968), Fase VII: Partisipasi HMI Dalam Pembangunan (1969-1970), FaseVIII: Pergolakan dan Pembaharuan Pemikiran (1970-1998), Fase IX: Reformasi (1998-2000), Fase X: Tantangan II (2000-sekarang).(FIKRI 2018) Kita tidak akan membahas sejarah perjuangan HMI secara spesifik dalam tulisan ini tapi dalam tulisan ini kita akan mengungkap apa alasan sebenernya yang mengutuk HMI sehingga lupa terhadap khittah perjuangan HMI itu sendiri.
Narasi yang diutarakan dalam setiap diskusi apabila sedang membahas kemunduran HMI Cabang Kudus tidak bisa lepas dari pandemi covid-19. Dalam tulisan ini akan saya bantah secara lugas kenyataanya HMI dibeberapa cabang lainya dapat keluar dari menghadapi pandemi covid-19, ada beberapa hipotesis yang dapat kita pakai untuk melihat problem utama kemunduran HMI Cabang Kudus.
1.Esklusivitas Beragama.
Menurut KBBI adalah terpisah dari yang lain khusus atau tidak termasuk sementara menurut kamus Cambridge eksklusif memiliki makna terbatas untuk atau sekelompok orang yang memiliki konotasi hanya untuk orang-orang tertentu. Eksklusivitas beragama adalah sikap-sikap dalam meyakini agama memiliki makna terbatas dan tidak memiliki komparasi pandangan lainnya dan memaksakan kehendak bahwasanya apa yang dia yakini itu kebenaran secara mutlak, tanpa dikaji secara ulang serta tidak menerima pandangan-pandangan yang lainnya dikhawatirkan mempengaruhi keyakinannya dan lebih cenderung menolak pandangan lainnya dan mengklaim bahwasanya pandangan tersebut sesat dalam beragama, sehingga menimbulkan sifat keyakinan yang dipercayainya memiliki kebenaran mutlak.(Husaini and Hidayat 2002)
Stigma masyarakat umum terhadap HMI di karesidenan Pati memiliki konotasi Muhammadiyah sementara basis beragama yang diyakini sebagian besar masyarakat di sini menggunakan pandangan Nahdlatul ulama. Dari hal tersebut orang-orang ketika memandang HMI dan apabila kita ikut organisasi HMI maka secara otomatis kita telah menjadi Muhammadiyah dan stigma tersebut memiliki irisan yang agak keras karena sebagian besar masyarakat di karesidenan Pati menganggap Muhammadiyah itu agak cenderung menyimpang dari apa yang telah diyakini yaitu Nahdlatul ulama. Doktrin-doktrin tersebut diutarakan oleh kyai, dosen, senior dan pihak-pihak yang masih memiliki pengetahuan terbatas tentang HMI. Hal itu diperburuk oleh rendahnya literasi mahasiswa dan masyarakat di karesidenan Pati terhadap HMI maka dari faktor tersebut HMI sangat sulit berkembang di dari sedenan Pati khususnya di kota Kudus.
2. Senior Yang Toxic
Pandangan generalisir terhadap senior yang memiliki sifat toxic yang tinggi merupakan suatu kesalahan berpikir, karena tidak seluruhnya senior memiliki sifat tersebut. Tetapi apabila dikatakan hanya segelintir bahkan oknum itu sangat tidak adil karena kenyataannya senior HMI yang berada di Kudus sebagian besar memiliki sifat kekanak-kanakan dan mengutamakan kepentingan daripada membentuk dan mengarahkan para kader-kader HMI untuk menjadi kader-kader yang berkarakter dengan semangat ke Indonesia dan keislaman. Mulai dari intervensi di dalam penataan struktural HMI cabang Kudus sampai memberikan wejangan-wejangan yang tidak relevan untuk era sekarang, parahnya lagi support system yang diberikan oleh para senior terhadap HMI cabang Kudus sangat minim sekali.
Konflik yang terjadi secara kompleks tersebut mengakibatkan orang-orang yang berada di struktur HMI cabang Kudus enggan melanjutkan tonggak estafet perjuangan di HMI cabang Kudus karena lebih realistis memikirkan masa depan. Sebenarnya hal ini dapat ditanggulangi dengan mempercepat regenerasi di jajaran komisariat sampai kepengurusan cabang tetapi kembali lagi banyaknya anggota kader HMI yang memiliki pola pikir jangka pendek sehingga mempersulit perubahan sistem yang ada di dalam HMI cabang Kudus. Apabila potong generasi maka secara otomatis senior-senior yang di atasnya akan mengalami tersinggung sehingga akan menimbulkan dampak yang kurang sehat terhadap organisasi.
3. Kepengurusan Cabang Yang Tidak Berkualitas.
Hampir seluruh pengurus HMI cabang Kudus tidak memiliki kapasitas yang mumpuni dan tidak mengetahui tugas dan tanggung jawab yang sedang dijalankan. Hal tersebut dipengaruhi oleh pembelajaran yang selama ini didapatkan di HMI bagaimana menjadi sosok yang ideal di dalam tatanan kepengurusan cabang sementara senior yang seharusnya mendidik dengan baik dan mempersiapkan kader-kadernya untuk melanjutkan tonggak perjuangan di HMI malah memiliki sifat toxic yang merusak organisasi. hal tersebut seharusnya dapat menjadi pembelajaran bagi personal kader-kader HMI agar tidak terbelenggu dari senior-senior yang memiliki sifat tokxic tersebut harusnya banyak hal yang dipelajari hal-hal lainnya yang sekiranya memiliki manfaat untuk HMI.
Perlu diingat di dalam pemilihan ketua umum sampai penataan struktural pengurus itu tidak bisa lepas dari intrik dan kepentingan para senior. Sehingga bentuk-bentuk intervensi tersebut yang menjadikan HMI cabang Kudus tidak akan pernah maju. Kalaupun dalam organisasi partai politik hal ini mungkin lumrah terjadi tetapi perlu diingat bahwasanya HMI adalah organisasi perkaderan yang di mana kita telah menyepakati kader merupakan orang yang dibina secara terus-menerus dan dipersiapkan untuk menjadi tulang punggung organisasi demi untuk mencapai tujuan organisasi (Brodkin 2013).
Sebenarnya faktor yang menghambat dan kegagalan setiap kepengurusan HMI cabang Kudus muncul dari internal baik dari senior yang toxic kepengurusan yang tidak memiliki kualitas serta di dalamnya memiliki banyak intrik politik kepentingan yang mewarnai HMI Cabang Kudus. Selama hal tersebut masih dilakukan maka jangan berharap lebih terhadap kemajuan yang diharapkan, kemudian menjadi hal yang kita sayangkan secara bersama adalah kader-kader yang seharusnya kita didik secara baik dan benar dihadapkan dengan hal-hal gimick yang tidak memiliki arti. Maka mereka akan malas berproses di HMI sementara tidak bisa dipungkiri HMI memerlukan kader-kader terbaiknya untuk mencapai tujuanya dan terus memberikan kontribusi dalam segala lini dunia kemahasiswaan.
Sikap primordial dan diskriminatif dari senior HMI cabang Kudus juga menjadi problem tersendiri karena kader-kader potensial yang sedang berproses di HMI cabang Kudus akan merasa tersisih apabila dia tidak lahir dan besar di Kudus atau sekitarnya karena dinilai tidak memiliki keuntungan bagi kepentingan para senior. Dari hal tersebut kader-kader HMI yang memiliki semangat dan nilai juang terhadap tujuab HMI secara otomatis akan merasa tereliminasi karena dia bukan bagian dari mereka, secara objektif sebagai seorang senior sekalipun mereka memiliki kepentingan terhadap perkaderan, seharusnya tidak dinampakkan secara nyata gimick kekanak-kanakan melalui keputusan sepihak dan intervensi yang tidak jelas.
Kenyataannya baik dari HMI cabang Kudus maupun dari senior yang berada di Kudus tidak memiliki arti penting di jajaran kepemerintahan ataupun struktural publik mereka hanya menjadi penghias dan mengikuti arus tidak memiliki ide gagasan tidak memiliki nilai-nilai perjuangan. Karena pembentukan karakter mereka di dalam kawah candradimuka HMI mereka semua tak lebih dari sosok yang gagal. Konflik kepentingan omong kosong menjadi penyebab nilai-nilai semangat perjuangan yang berada di dalam tubuh HMI seakan tergerogoti oleh sikap egoisme dari segelintir orang yang mengatasnamakan senior dan pengurus HMI cabang Kudus . Era kemajuan dan globalisasi seperti ini harusnya kompetensi dan kualitas lah yang menjadi tolak ukur bukan ikatan primordial yang menjadi patokan. Selama ini kita tidak melihat bagaiman jebolan hasil kaderisasi HMI Cabang Kudus yang memiliki kapasitas mumpuni, bagaiman memiliki kualitas sistem perkaderan saja masih toxic. Semoga kita tidak terjelembab dari golongan kader yang tidak memiliki kualitas Insancita sebagai kader umat dan kader Bangsa.
#HMICabangKUdus#Kudus#HMIDAKUSH
Argaheni, Niken Bayu. 2020. “SISTEMATIK REVIEW : DAMPAK PERKULIAHAN DARING SAAT PANDEMI COVID-19 TERHADAP MAHASISWA INDONESIA A Systematic Review : The Impact of Online Lectures during the COVID-19 Pandemic Against Indonesian Students” 8 (2).
Brodkin, S. 2013. A.N. Hornby: The Boss. Lives in Cricket. Association of Cricket Statisticians and Historians. https://books.google.co.id/books?id=WfUvEAAAQBAJ.
FIKRI, M.H.D.Z. 2018. Di Bawah Naungan Khittah Perjuangan HMI. Istana Media. https://books.google.co.id/books?id=IMoqEAAAQBAJ.
Husaini, A, and N Hidayat. 2002. Islam Liberal: Sejarah, Konsepsi, Penyimpangan, Dan Jawabannya. Gema Insani. https://books.google.co.id/books?id=1EoVNA-_cWgC.
Ojo nulis tok.. Langsung gas sat set..
Ora seru nek gur nulas nulis ngene tok
haha biarkan kanda... kita nikmati ketum titipan yang ada, sambil melihat isi otak yang kasih rekomendasi wkwk
Himpunan Mahasiswa Islam adalah organisasi mahasiswa yang didirikan di Yogyakarta pada tanggal 5 Februari 1947, atas prakarsa Lafran Pane beserta 14 orang mahasiswa Sekolah Tinggi Islam.
Dll
hmikomisariatdakush47@gmail.com
085785005676
© HMI Dakush. All Rights Reserved. 2023